Mushola itu tampak kering dengan debu-debu yang menempel tebal di tembok dan di halaman depannya. Bukan karena tidak ada jamaahnya, namun karena musim panas. Hujan yang tidak kunjung turun berbulan-bulan telah membuat jalan dan tanah di wilayah sana menyisihkan butiran-butiran debu yang lembut. Saat angin datang dan derap langkah roda-roda kendaraan lalu lalang, debu-debu itu berhamburan tak kira arah.

Mushola yang dahulunya masjid ini pun tidak luput dari sasaran debu. Namanya Mushola Al-Ikhlas, merupakan masjid tertua di wilayah Karangpadang, Serut, Gedang Sari, Gunung Kidul. Di samping kirinya, ada penampungan air aliran dari PAM, namun airnya hanya berupa tetesan-tetesan kecil yang tak mencukupi untuk bersuci.

Semenjak ada aliran PAM, warga memang sangat menggantungkan kebutuhan airnya dari situ. Pada musim hujan, pasokan airnya melimpah. Masyarakat tidak lagi menggantungkan hidupnya pada air sumur. Akan tetapi, saat musim kemarau seperti ini, airnya sangat minimalis. Harus menunggu sampai larut malam baru dapat tampungan air yang cukup untuk minum dan masak. Sumur-sumur pun banyak yang sudah kering.

Sekitar 70 meter dari Mushola itu, terdapat sumur tua yang sudah tidak terpakai semenjak adanya aliran PAM. Letaknya di dataran yang lebih rendah, hampir mirip rawa. Kedalamannya hanya sekitar 15 meter, namun airnya masih melimpah. “Sumur ini milik salah satu warga, tapi sekarang tidak digunakan lagi,” kata seorang warga yang menunjukkan sumur tersebut.

Setelah melakukan dialog dengan warga dan pemilik, sumur tersebut boleh digunakan untuk kepentingan umum, terutama jika dialirkan ke mushola. Akhirnya, tim RSIY PDHI Peduli memutuskan untuk memberikan bantuan peralatan instalasi pompa air berupa pompa semi jetpam, paralon, kabel dan lainnya, Sabtu (10/8). “Kami memilih dengan membantu peralatan instalasi pompa air karena nilai kemanfaatannya yang jangka panjang,” kata ketua RSIY PDHI Peduli, Agus Nurcahyo.

Menurut Kepala Dukuh Karangpadang, Sugeng, menceritakan bahwa sumur tersebut memang rencananya ingin dihidupkan kembali untuk kebutuhan air mushola. Warga ingin mengalikannya kembali ke mushola namun terkendala dana. “Kami sangat berterima kasih sudah dibantu. Peralatan ini (instalasi pompa air) sangat kami butuhkan,” katanya.

Mushola itu tampak kering dengan debu-debu yang menempel tebal di tembok dan di halaman depannya. Bukan karena tidak ada jamaahnya, namun karena musim panas. Hujan yang tidak kunjung turun berbulan-bulan telah membuat jalan dan tanah di wilayah sana menyisihkan butiran-butiran debu yang lembut. Saat angin datang dan derap langkah roda-roda kendaraan lalu lalang, debu-debu itu berhamburan tak kira arah.

Mushola yang dahulunya masjid ini pun tidak luput dari sasaran debu. Namanya Mushola Al-Ikhlas, merupakan masjid tertua di wilayah Karangpadang, Serut, Gedang Sari, Gunung Kidul. Di samping kirinya, ada penampungan air aliran dari PAM, namun airnya hanya berupa tetesan-tetesan kecil yang tak mencukupi untuk bersuci.

Semenjak ada aliran PAM, warga memang sangat menggantungkan kebutuhan airnya dari situ. Pada musim hujan, pasokan airnya melimpah. Masyarakat tidak lagi menggantungkan hidupnya pada air sumur. Akan tetapi, saat musim kemarau seperti ini, airnya sangat minimalis. Harus menunggu sampai larut malam baru dapat tampungan air yang cukup untuk minum dan masak. Sumur-sumur pun banyak yang sudah kering.

Sekitar 70 meter dari Mushola itu, terdapat sumur tua yang sudah tidak terpakai semenjak adanya aliran PAM. Letaknya di dataran yang lebih rendah, hampir mirip rawa. Kedalamannya hanya sekitar 15 meter, namun airnya masih melimpah. “Sumur ini milik salah satu warga, tapi sekarang tidak digunakan lagi,” kata seorang warga yang menunjukkan sumur tersebut.

Setelah melakukan dialog dengan warga dan pemilik, sumur tersebut boleh digunakan untuk kepentingan umum, terutama jika dialirkan ke mushola. Akhirnya, tim RSIY PDHI Peduli memutuskan untuk memberikan bantuan peralatan instalasi pompa air berupa pompa semi jetpam, paralon, kabel dan lainnya, Sabtu (10/8). “Kami memilih dengan membantu peralatan instalasi pompa air karena nilai kemanfaatannya yang jangka panjang,” kata ketua RSIY PDHI Peduli, Agus Nurcahyo.

Menurut Kepala Dukuh Karangpadang, Sugeng, menceritakan bahwa sumur tersebut memang rencananya ingin dihidupkan kembali untuk kebutuhan air mushola. Warga ingin mengalikannya kembali ke mushola namun terkendala dana. “Kami sangat berterima kasih sudah dibantu. Peralatan ini (instalasi pompa air) sangat kami butuhkan,” katanya.

Ketua RSIY PDHI Peduli kemudian menyampaikan bahwa ini adalah amanah dari karyawan-karyawati dan sejumlah donator yang telah menitipkan rezekinya untuk program bantuan air bersih di Gunung Kidul. “Kami juga menyampaikan terima kasih kepada donator yang telah menyisihkan sebagian dari rezekinya untuk program kepedulian kekeringan di Gunungkidul. Semoga mendapat keberkahan dari Allah,” tandasnya.